Sabtu, 31 Juli 2010

RISALAH ATAS ROKOK

Racun pada Rokok. Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.

Efek Racun. Efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok mengalami risiko (dibanding yang tidak mengisap asap rokok):
  1. 14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan
  2. 4x menderita kanker esophagus
  3. 2x kanker kandung kemih
  4. 2x serangan jantung
  5. Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal jantung, serta tekanan darah tinggi.
Batas Aman. Menggunakan rokok dengan kadar nikotin rendah tidak akan membantu, karena untuk mengikuti kebutuhan akan zat adiktif itu, perokok cenderung menyedot asap rokok secara lebih keras, lebih dalam, dan lebih lama.

TIDAK ADA BATAS AMAN BAGI ORANG YANG TERPAPAR ASAP ROKOK.

Kanker Paru-paruTentang Kanker. Anak-anak yang lahir tahun 1985, diperkirakan sepertiganya akan pernah menderita kanker, dan kira-kira seperempatnya akan meninggal karena kanker. Kita semua memiliki keluarga atau teman yang mengidap kanker. Kanker pembunuh terbesar, yaitu kanker paru-paru, membunuh hampir 90% penderitanya, atau hampir 30% dari seluruh kematian akibat kanker. Namun sesungguhnya justru kanker paru-parulah yang paling mudah dicegah. Surver dalam beberapa dekade menunjukkan bahwa satu-satunya penyebab mayoritas kanker paru-paru adalah asap rokok.

KarsinogenZat-zat karsinogen (pemicu kanker) yang terkandung pada rokok adalah:
  1. vinyl chloride
  2. benzo (a) pyrenes
  3. nitroso-nor-nicotine
  4. Satu-satunya zat yang lebih berbahaya daripada asap rokok dalam memicu kanker paru-paru adalah zat-zat radioaktif. Itu pun jika dimakan atau dihidap dalam kadar yang cukup.
Efek Kanker Paru-Paru. Kematian umumnya bukan terjadi karena kesulitan bernafas yang diakibatkan oleh membesarnya kanker, tetapi karena posisi paru-paru dalam sistem peredaran darah menjadikan kanker mudah menyebar ke seluruh tubuh. Penyebaran metastase ke arah otak dan bagian kritis lainnya lah yang mengakibatkan kematian itu. 90% penderita meninggal dalam 3 tahun setelah diagnosis.

Korelasi Dengan Rokok. Industri rokok menganggap bahwa kaitan antara jumlah penderita kanker paru-paru dengan tingginya konsumsi rokok hanya merupakan kebetulan. Berbagai penelitian menunjukkan korelasi yang sangat positif dan sangat konsisten bahwa satu-satunya penyebab kanker paru-paru secara umum adalah konsumsi rokok.

Rokok pada kehamilan. Kehamilan adalah masa kritis bagi janin yang sedang dikandung. Janin menerima pasok zat makanan hanya dari tubuh ibunya melalui placenta. Selama waktu kehamilan, terjadi masa kritis yang berbeda-beda dengan efek yang berbeda pula.

Efek Rokok. Racun rokok yang diserap oleh ibu (baik sebagai perokok maupun perokok pasif), meningkatkan resiko sebagai berikut pada janin:
  1. pertumbuhan terhambat
  2. komplikasi selama pertumbuhan
  3. lahir prematur
  4. berat badan rendah
  5. kesulitan bernafas saat lahir
  6. sakit dalam hari-hari pertama setelah lahir
  7. meninggal mendadak dalam hari-hari pertama setelah lahir
Atersoklerosis

Penyumbatan Pembuluh Darah. Atherosclerosis adalah akumulasi dalam arteri, oleh zat-zat lemak, otot halus abnormal, serta tumpukan kolesterol. Akibat akumulasi ini, terjadi penyempitan pembuluh darah, dan bahkan dapat terjadi penyumbatan.

Proses ini disebabkan oleh:
a. faktor keturunan
b. konsumsi rokok
c. tekanan darah tinggi
d. konsumsi kolesterol

Pencegahan
a. hentikan konsumsi rokok
b. menjauh dari perokok
c. kurangi konsumsi kolesterol
d. lakukan terapi hipertensi

Jenis Asap Rokok. Ada dua macam asap rokok yang mengganggu kesehatan.
  1. Asap utama (mainstream), adalah asap yang dihisap oleh si perokok
  2. Asap sampingan (sidestream), adalah asap yang merupakan pembakaran dari ujung rokok, kemudian menyebar ke udara
  3. Asap sampingan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, karena tidak melalui proses penyaringan yang cukup. Dengan demikian pengisap asap sampingan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok.
Perokok Pasif. Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban perokok karena turut mengisap asap sampingan (di samping asap utama yang dihembuskan balik oleh perokok).

Perokok pasif memiliki resiko yang cukup tinggi atas kanker paru-paru dan jantung koroner, serta gangguan pernafasan. Bagi anak-anak di bawah umur, terdapat resiko kematian mendadak akibat terpapar asap rokok. Setidaknya tercatat 4000 kematian perokok pasif per tahun di US.

Upaya Hukum. Mungkinkah ada upaya hukum untuk menuntut perokok?

Cara berhenti merokok
  1. Analisis Kebiasaan. Lakukan analisis atas kebiasaan-kebiasaan merokok yang telah dilakukan selama ini. Misalnya:
    - Kapan waktu tersering Anda untuk merokok
    - Kapan Anda secara otomatis ingin merokok
    - Hasil analisis ini akan membantu dalam mengerem keinginan merokok.
  2. Susun Daftar Alasan
    Lakukan segala hal yang membuat Anda tidak kembali merokok. Selalu ingat alasan-alasan yang mendasari Anda untuk tidak merokok. Jika perlu susun daftar alasan itu.
    - Menghindari kanker, gagal jantung, gangguan pencernaan
    - Kehidupan sosial yang lebih baik
    - Ingat kesehatan dan kepentingan anak/keluarga
    - Makan lebih enak
Langsung Berhenti. Pilihlah sebuah hari di mana Anda akan berhenti. Dan pada hari itu, langsung berhenti total tanpa melakukan tahapan-tahapan. Umumkan rencana Anda kepada orang-orang dekat Anda agar mereka bisa membantu.

Waspada Pada Hari-Hari Awal. Hari-hari awal akan terasa sangat berat. Cobalah mengalihkan perhatian dengan mengkonsumsi permen atau permen karet tanpa gula. Sementara waktu, kurangilah kegiatan yang berkaitan dengan rokok, seperti pergi ke bar.

Nikmati Hidup. Uang yang seharusnya dipakai untuk membeli rokok dapat dipakai untuk membeli hadiah bagi diri sendiri, seperti membeli buku, membeli kaset, nonton bioskop, dan hal-hal menyenangkan lainnya.

Konsumsi Rendah Kalori. Selama minggu-minggu pertama (sampai kira-kira empat minggu), makanlah makanan yang mengandung kalori rendah. Juga minumlah banyak air.
BERBAGI 

Dalam hidup ini, kita sering mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman itu bisa kita dapatkan ketika masih sekolah atau pun ketika kita menjalani hidup ini sehari-hari. Sadar atau tidak, ada sesuatu yang kita peroleh. Hanya saja kita tidak bisa selalu merasakannya karena apa yang kita dapati itu mungkin kita anggap kecil dan remeh dan kita anggap tidak bernilai apa.

Kalau kita mau merenung, pengetahuan dan pengalaman yang kita anggap tidak bernilai bagi kita, bisa jadi akan bernilai besar bagi orang lain. Sebagai contoh, kemampuan kita mengajarkan iqro akan sangat bernilai bagi orang-orang di sekitar kita yang tidak bisa baca al-quran. Bila kemampuan itu kita bandingkan dengan orang-orang yang sudah hafizh al-quran tentulah tidak ada apa-apanya.

Pengetahuan dan pengalaman itu akan sangat berguna apabila mampu mengubah orang yang semula tidak tahu menjadi tahu, mengingatkan orang yang selama ini lupa, sehingga bersama-sama kita bisa menuju suatu keadaan yang lebih baik.

Sebuah hadits Rasulullah SAW menyatakan : "Siapa yang mensunnahkan sunnah hasanah maka dia mendapat ganjarannya dan ganjaran orang yang mengamalkannya hingga hari qiyamat. Siapa yang mensunnahkan sunnah sayyi'ah (kejelekan), maka dia mendapatkan ganjaran dan ganjaran orang yang mengamalkannya hingga hari qiyamat."
CITRA DIRI

Sebagai makhluk moral, manusia selalu dihadapkan pada piliham untuk berbuat baik dan buruk. Kecenderungan baik dan buruk itu terus bergulat dalam diri manusia sepanjang waktu. Namun perlu disadari bahwa kehormatan dan kemuliaan manusia justru terletak pada kemampuannya mengorganisasi dan memanage kecenderungan-kecenderungan yang bersifat antagonistik itu secara baik dan proporsional.

Dalam terminologi akhlak Islam, usaha manusia untuk membangun kehormatan dan citra diri yang baik sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya itu dinamai sifat muru'ah. Muru'ah berarti menjaga diri hingga mencapai puncak kesempurnaannya, sehingga dalam dirinya tak tampak sedikitpun keburukan maupun kekurangan.

Sifat muru'ah menurut Imam Al-Mawardi, menjadi salah satu indikasi kesucian jiwa dan kesuburan budi pekerti. Dikatakan demikian, karena seorang tak disebut memiliki muru'ah kecuali bila ia mampu memelihara diri dari dosa-dosa, tidak berbuat dosa, tidak berbuat zalim, tidak tamak atau loba, tidak membantu orang kuat untuk menghancurkan yang lemah, serta tidak melakukan sesuatu yang dapat merusak nama baik dan kehormatannya. (Kitab Adab Ad-Dunya Wad-Din, hal. 206).

Hakikat muru'ah, seperti terlihat di atas, bertumpu pada pemenuhan kualitas-kualitas moral (akhlakul karimah). Untuk itu, ada sebagaian pakar yang  mendefinisikan sifat muru'ah sebagai usaha menghiasi diri demham semua akhlak baik dan menjauhkan diri dari semua akhlak buruk, baik dalam perkataan, sikap, maupun perbuatan.

Dalam pengertian in, maka citra diri yang baik mengani lisan (muru'atul lisan) berarti tutur kata yang manis dan lemah lembut. Citar diri yang baik mengenai sikap dan perangai (muru'atul khulq) berarti kelapangan dan toleransi kepada setiap orang. Citra yang baik mengenai  harta (muru'atul mal) berarti distribusi dan penggunaannya secara benar. Sedang citra yang baik mengenai pangkat dan kedudukan (muru'atul jah) berarti penggunaan dan realisasinya sebagai abdi bangsa dan abdi masyarakat.

Untuk membangun sifat muru'ah atau citra diri, kata Ibnul Qoyyim Al-Jauziah, seseorang harus mampu meningkatkan kualitas moral dan akhlaknya baik secara internal, horizontal, maupun vertikal.

Secara internal, ia harus mampu menghiasi diri dengan sifat keutamaan yang memperindah dan mempercantik diri. Secara horizontal, ia harus mampu bergaul dengan orang lain secara baik dan adil, tidak menyakiti dan tidak berbuat seuatu yang dapat membuat mereka merasa terhina. Sedang secara vertikal, ia harus menyadari bahwa Allah SWT selalu mengawasinya serta melihat semua aida dan kekuarangannya. Untuk itu ia harus berusaha menyempurnakan kelemahan dan kekurangannya itu pada setiap saat dengan sekkuat tenaga.
CINTA RASULULLAH 

Dalam sejarah Islam kita akan mendapati betapa kesetiaan dan kecintaan para sahabat yang tiada taranya terhadap Nabi Muhammad SAW. Zaid bin Ad Du-Tsunnah ketika hendak dihukum pancung kaum Quraisy, oleh Abu Sufyan ditanya, ''Zaid! Relakah engkau andai kata Muhammad berada pada tempatmu, sedangkan engkau aman tenteram di tengah-tengah keluargamu?

''Dengan tegas Zaid menjawab, ''Jangan kan yang itu, bahkan di saat aku dalam keadaan seperti sekarang ini, aku tak akan rela andai kata Rasulullah dicucuk duri di rumah beliau.'' Menyaksikan betapa cinta Zaid dan bersedianya dia menebus Rasulullah dengan jiwa raganya, Abu Sufyan menggeleng-gelengkan kepala.

Katanya, ''Saya belum pernah melihat seseorang yang dicintai oleh para sahabatnya seperti mereka mencintai Muhammad.'' Kemudian Zaid dipancung batang lehernya, gugur sebagai syahid. Zaid melambangkan cinta kasih, iman, dan loyalitas yang tidak ada taranya terhadap Islam.

Seorang tawanan Quraisy lainnya adalah Khubaib bin Ady. Ketika hendak dipancung, dia terlebih dahulu minta dibolehkan shalat dua rakaat. Setelah shalat, ia berkata, ''Demi Allah! Andai kata aku tidak khawatir kalian menyangka aku gentar menghadapi maut, niscaya shalatku akan lebih panjang lagi.''

Sebelum dibunuh ia disalib dulu. Ketika itu Khubaib mengarahkan pandangannya yang memancarkan kilatan seraya berdoa, ''Ya Allah! Bilanglah jumlah mereka! Bunuhlah mereka satu demi satu, dan janganlah seorang pun dari mereka ditinggalkan!'' Mendengar doa itu pihak Quraisy terperanjat dan bertiarap, khawatir terkena kutukan doanya.

Mengetahui dirinya akan dihukum mati, Khubaib yang menjadi tawanan tokoh Quraisy Uqbah bin Harris terlebih dulu meminta pisau cukur untuk membersihkan dirinya dalam menghadapi maut. Ketika sedang bercukur, tiba-tiba anak yang empunya rumah yang baru pandai berjalan tertatih-tatih mendatanginya. Anak tadi duduk di atas pangkuannya, dan Khubaib membelainya dengan mesra.

Tatkala istri Uqbah melihat anaknya dalam keadaan serupa itu, dengan cemas diambilnya anak itu dan dibawanya pergi. Khubaib pun berkata, ''Anda khawatir kalau-kalau anak itu saya bunuh. Ketahuilah, bahwa agama saya melarang penganutnya bertindak khianat. Karena itu, anak Anda ini tidak akan saya cederai, apalagi membunuhnya.''

Pernah seorang pemuka Quraisy di Mekah begitu kagum mendapati kesetiaan para sahabat terhadap Rasulnya, hingga ia mengatakan, ''Aku pernah menyaksikan Kisra di Persia, Kaisar di Byzantium, dan Najasi di Etiopia. Namun, aku tidak pernah menyaksikan seorang raja di tengah-tengah kaumnya, seperti Muhammad di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.

Sesungguhnya mereka tidak akan menyerahkan Muhammad walau bagaimanapun.'' Begitulah seharusnya sikap umat Islam kepada Rasulullah Muhammad SAW. Karena Rasulullah sudah wafat, kecintaan kepada beliau adalah dengan mengamalkan ajarannya dan meneladani perilakunya
BUSANA TAKWA

Fungsi dan kegunaan busana bagi manusia, secara eksplisit dinyatakan dalam Al-Qur'an Surat ke-7 : 26, yaitu untuk menutup aurat dan keindahan, yang keduanya akan melahirkan libasu-taqwa, pakaian dan busana ketakwaan.

Dikaitkannya fungsi busana dan ketakwaan pada ayat ini, menunjukan bahwa antara keduanya (busana dan ketakwaan) merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Yang satu menunjukkan yang lainnya.

Said Hawwa di dalam Al-Asaasu fi At-Tafsiir (jilid IV hal. 1883) mengemukakan pendapat Sayid Quthub yang menyatakan bahwa ketakwaan itu menutuo aurat hati lalu memperindahnya, sedangkan busana menutup aurat jasmani lalu memperindahnya. Keudanya berkaitan erat dan saling melengkapi. Jika seseorang telah bertakwa kepada Allah SWT, maka pasti akan merasa malu membuka aurat jasmaninya. Sebaliknya orang yang tidak bertakwa, sama sekali tidak merasa malu dan tidak merasa risih dalam memperlihatkan aurat jasmaninya. Padahal sesungguhnya rasa malu itu, menurut ajaran Islam bagian dari iman.

Di tengah maraknya berbagai protes terhadap berbagai iklan yang merendahkan martabat kaum wanita dengan mengeksploitasi keindahan tubuhnya, hendaknya kaum wanita sendiri berusahan melindungi dan menjaga dirinya dengan "pakaian ketakwaan" yang menutup aurat jasmaninya dan aurat hatinya.

Sayyid Amiir Ali dalam buku Api Islam menyatakan bahwa petunjuk Allah dan Rasul-Nya tentang busana takwa atau yang lebih dikenal dengan istilah jilbab dinilai sebagai waktu suatu usaha yang mengatur dan menanamkan kesopanan kepada kaum wanita dan menjaga dirinya dari godaan dan hinaan.

Ia pun menyatakan tidak benar pendapat yang menuduh bahwa dengan syariat jilbab, Islam bermaksud mengabadikan kebiasaan mengurung wanita seperti terjadi di zaman jahiliyyah. Wanita yang berjilbab rapi, tetap secara bebas dan merdeka dapat melakukan aktivitasnya di berbagai bidang kehidupan yang dibenarkan oleh syariat Islam, tanpa dirinya ternodai.

Bahkan melalui syariat jilbab, Islam ingin menegakkan akhlak mulia melalui sistem dan cara yang bersifat preventif dalam mencegah timbulnya berbagai perilaku yang merusak.

Orang yang beriman yakin betul, bahwa tidak satu pun peraturan Allah SWT kecuali untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup umat manusia. Allah Maha Tahu mana yang bermanfaat dan mana yang mudhorot bagi hamba-Nya, termasuk syariat berbusana yang rapi (jilbab) bagi kaum wanita.

Mungkin secara lahiriyah bagi sebagian kaum wanita akan terasa memberatkan, akan tetapi sesungguhnya di dalamnya terdapat unsur yang sangat menyenangkan dan menguntungkan, yaitu kaum wanita akan tetap terjaga kehormatannya
BERUSAHA DAN BERDO'A

Ibnu Abbas berkata pada suatu hari ia duduk di belakang Rasulullah SAW di atas suatu kendaraan. Rasulullah memberinya nasihat, ''Wahai pemuda, saya akan mengajarkan beberapa kalimat (keterangan). Yaitu: peliharalah Allah (pelihara segala perintah dan larangan-Nya), niscaya Allah akan memeliharamu.

Jika kamu tetap memelihara-Nya, tentulah kamu akan tetap mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah di waktu senang, niscaya Ia akan mengenalimu di waktu susah. Bila kamu memohon sesuatu hajat, bermohonlah (langsung) kepada Allah.'' Rasulullah melanjutkan, ''Ketahuilah, walaupun berkumpul seluruh manusia untuk mendatangkan suatu kemanfaatan untukmu, tiadalah mereka dapat berbuat apa-apa, kecuali sekadar yang Allah telah tetapkan kamu memperolehnya.

Dan, walaupun berkumpul seluruh manusia untuk mendatangkan suatu kemudharatan kepadamu, tiadalah mereka dapat berbuat apa-apa, melainkan hanya sekadar yang Allah telah tetapkan jua. Telah diangkat kalam dan telah kering segala lembaran tulisan. Ketahuilah, pertolongan Allah hanya diberikan kepada orang yang sabar, dan bahwa kelapangan diberikan kepada orang yang dalam kesusahan.'' (HR Turmudzi).

Doa merupakan sumber kekuatan dan harapan yang paling besar dalam kehidupan manusia. Prof Affiff At Tabbarah dalam Ruhud Dienul Islam menyatakan berdoa merupakan fitrah dan naluri yang tumbuh dalam diri setiap manusia. Setiap orang senantiasa ingat dan rindu kepada Tuhan yang akan memberikan perlindungan kepadanya di waktu kesulitan atau untuk menghindarkan sesuatu kejahatan. Berhadapan dengan peristiwa-peristiwa kehidupan ini, manusia sangat lemah.

Tidak ada sandaran bagi kelemahannya itu, kecuali doa. Allah SWT berfirman, ''Berdoalah kepada-Ku, akan Kupenuhi (doamu).'' (Al-Mukmin: 60). Rasulullah banyak menjelaskan kedudukan doa. Kata beliau, ''Doa itu adalah otak ibadah.'' (HR Turmudzi). Dalam hadis yang lain, beliau menjelaskan, ''Doa itu mendatangkan manfaat atas sesuatu yang sudah atau yang belum diturunkan Allah. Tak ada yang dapat menolak qadha (ketetapan Ilahi) kecuali doa yang mustajab (terkabul).'' (HR Turmudzi).

Islam mengajarkan pentingnya doa di samping ikhtiar. Doa bukanlah pengganti usaha dan ikhtiar, tapi memperkuat usaha dan ikhtiar. Doa satu-satunya kekuatan dan harapan orang beriman tatkala segala ikhtiar telah dijalankan. Semua peristiwa di alam ini tidaklah diserahkan begitu saja kepada hukum-hukum alam seperti mesin yang bergerak otomatis, tetapi di balik hukum-hukum itu ada hukum lain yaitu iradah Allah yang Maha Menentukan.

''Kulihat tangan (kekuasaan) Allah ada dalam setiap peristiwa dan segala masalah,'' kata Sayid Quthub dalam pengantar tafsir Fi Zhilalil Quran. Setiap orang menginginkan doanya terkabul. Syarat terkabulnya doa ialah hati yang ikhlas. Pada akhirnya Allah yang menentukan saat terbaik bagi hamba-Nya untuk menerima apa yang dimohonkan. Doa dari hati yang ikhlas tidak akan disia-siakan Allah asal menempuh jalan hidup yang benar
BERLOMBA DALAM KEBAIKAN 

Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit RA bahwa pada suatu hari menjelang bulan Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda, ''Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Pada bulan itu Allah akan mengampuni kamu, lalu rahmat diturunkan, kesalahan-kesalahan dihapuskan, dan pada bulan itu pula doa-doa dikabulkan; dan Allah akan melihat perlombaan kalian menuju kebaikan pada bulan itu dan membangga-banggakannya kepada malaikat-Nya. Maka, tunjukkanlah kepada Allah kebaikan-kebaikanmu. Sesungguhnya celakalah orang yang pada bulan itu terhalang untuk mendapatkan rahmat Allah.'' (HR Thabrani)

Bulan Ramadhan adalah bulan ketika setiap orang berlomba untuk berbuat kebaikan dari semua segi. Pada saat itu, fakir miskin merasakan kedekatannya dengan orang yang berlebih, setiap orang berlomba-lomba membaca Alquran, saling berlomba dalam berbuat baik kepada lainnya, dan banyak lainnya, karena semua mengetahui bahwasanya pahala yang didapatkan pada bulan penuh berkah ini berlipat ganda balasannya.

Dalam kesempatan bulan ini pula, Allah menjanjikan akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, ''Ada tiga orang yang doa mereka tidak ditolak: Orang yang berpuasa hingga ia berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang teraniaya. Allah mengangkat doa itu di atas awan dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit dan Allah berfirman, 'Demi kemuliaan-Ku, Aku akan menolong kamu walaupun pada suatu saat nanti'.'' (HR Ahmad)

Rasulullah SAW bersabda bahwa jika seorang Muslim berdoa memohon sesuatu kepada Allah, dengan syarat dia tidak berdoa untuk memutuskan silaturahmi dengan saudaranya atau meminta perbuatan dosa, pasti ia akan menerima salah satu dari tiga kemungkinan: Pertama, ia akan langsung mendapatkan apa yang dimintanya. Kedua, jika tidak, Allah akan menggantinya dengan cara menghindarkannya dari bala bencana yang akan menimpanya; atau ketiga, Allah akan menyimpan pahalanya tersebut di akhirat.

Manusia sangat menyukai sesuatu hal yang instan, yang langsung jadi tanpa banyak proses. Sehingga, dari sinilah ada sebagian mereka yang meragukan kekuatan doa.

Dalam suatu riwayat hadis, Rasulullah SAW bersabda, ''Banyak orang yang berada dalam kesusahan dalan hidupnya, kemudian ia mengangkat tangannya ke langit sambil berdoa dan menangis, 'Ya Rabb, ya Rabb', tetapi makanan yang dimakannya haram, air yang diminumnya haram, dan pakaiannya haram. Maka jika ia dalam keadaan seperti itu, bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?''

Bulan Ramadhan adalah bulan berlomba dalam kebaikan, bulan tobat kita diterima, dan juga bulan penuh doa dan berkah. Maka, sayang sekali bila kita melewatkan semuanya ini dengan sesuatu yang sia-sia. Wallahu a'lam bishhawab
BERBAGI DENGAN ORANG LAIN

Dalam satu hadis yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ''Setiap datang hari yang baru, pada pagi harinya selalu turun dua malaikat ke bumi. Malaikat yang satu memohonkan kepada Allah, 'Ya Allah! Berilah tambahan rezeki bagi orang-orang yang mau berkorban membantu orang lain'.

Sedangkan malaikat yang satu lagi berseru kepada Allah, 'Ya Allah! Biarlah habis tiada berfaedah segala kekayaan orang-orang yang tidak mau membantu sesamanya'.'' (HR Bukhari dan Muslim). Dalam Islam ada satu ajaran yang penting untuk diketahui, bahwa pada setiap kelebihan harta terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan. Allah berfirman, ''Dan mereka yang dalam harta kekayaannya ada bagian yang sudah ditentukan, untuk orang miskin yang meminta dan orang yang tak meminta (tapi ia butuh).'' (QS Al-Ma'arif: 24-25).

Ini menunjukkan bahwa derajat kesalehan dalam beragama tidak hanya terkait dengan pelaksanaan ibadah yang bersifat formal, tetapi ada aspek lain yang harus diperhatikan, yaitu apakah kita telah menunaikan kewajiban sosial terhadap orang lain. Perintah berinfak dan berzakat, misalnya, bertujuan untuk mendidik kita agar menjauhi sifat mementingkan diri sendiri dan sebaliknya mewujudkan semangat berbagi dengan orang lain.

Memberikan kelebihan yang kita miliki kepada orang lain yang membutuhkan amat dianjurkan dalam Islam, seperti terungkap dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id yang memberitakan pada suatu perjalanan Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa mempunyai kelebihan kendaraan hendaklah memberikan kepada orang yang tidak mempunyainya.

Dan barangsiapa mempunyai kelebihan perbekalan hendaklah memberikannya kepada yang kehabisan bekal.'' Di balik ungkapan tersebut tersimpul semangat penyelenggaraan kehidupan atas dasar sinergi dan kebersamaan. Berbagi dengan orang lain merupakan bentuk nyata dari keimanan dan rasa syukur pada Ilahi. Makin banyak orang ikut merasakan nikmat yang kita peroleh, itulah wujud kesyukuran yang diberi penilaian tertinggi. Dalam ajaran Islam, semangat itu diwujudkan dalam tiga kategori amal. Ada yang bersifat imperatif, yakni kewajiban berzakat; ada yang merupakan keharusan seperti infaq fi sabilillah; ada pula yang bersifat fakultatif seperti sedekah.

Di antara ciri orang bertakwa menurut Alquran ialah gemar menginfakkan harta dalam keadaan lapang maupun dalam kesempitan. Jika dicermati lebih jauh, ketakwaan dalam agama memiliki korelasi yang sangat erat dengan akhlak sosial. Di tengah maraknya sikap individualistik dan pengagungan nilai-nilai materi pada saat ini, setiap Muslim perlu berkaca pada nasihat Rasulullah, ''Manusia yang paling dicintai Allah ialah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. Amal yang paling utama ialah memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang yang beriman, melepaskannya dari rasa lapar, membebaskannya dari kesulitan, dan membayarkan utang-utangnya.''(HR Ibnu Hajar al-Asqalani).
BERATNYA SEBUAH AMANAH 


Suatu ketika Khalifah 'Umar bin Khatthab RA, telah menyita seekor unta milik anak lelakinya sendiri, ketika dilihatnya unta itu berada di pasar. Beliau mengetahui benar bahwa unta itu menjadi gemuk karena digembalakan bersama-sama dengan beberapa ekor unta lain milik kaum Muslimin yang diurus oleh Baitul Maal.

Penyitaan tersebut dilakukan atas dasar alasan bahwa unta milik putera Amirul Mukminin itu, oleh penggembalanya digembalakan di suatu tempat penggembalaan yang paling baik. Hal itu oleh Khalifah 'Umar dipandang sebagai perbuatan menyalahgunakan kekuasaan negara karena unta itu bisa ditempatkan di tempat gembalaan yang paling baik disebabkan unta itu milik putra Amirul Mukminin. Karena itu beliau memerintahkan anaknya supaya segera menjual unta itu dan hanya diperbolehkan mengambil pokoknya. Sedangkan keuntungan dari penjualan tersebut diserahkan kepada Baitul Maal.

Karena tindakan hukum yang ketat itu, banyak para sahabat Rasulullah SAW, yang keberatan menerima pengangkatan sebagai pejabat negara, karena mereka paham betul bahwa jabatan tersebut memiliki konsekuensi yang sangat berat. Artinya, jabatan negara hanya layak diduduki oleh orang-orang yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan jabatan tersebut dengan benar.

Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadis yang berasal dari Abu Mas'ud Al-Anshariy, yang mengatakan sebagai berikut: Rasulullah SAW pernah mengangkatku sebagai petugas pengumpul zakat. Beliau berkata: "Hai Abu Mas'ud, berangkatlah, semoga pada hari kiamat kelak aku tidak akan mendapatimu datang dalam keadaan punggungmu memikul seekor unta sedekah yang meringkik-ringkik, yang kau curangi". Aku menjawab: "Jika demikian aku tidak berangkat!" Beliau menyahut: "Aku tidak memaksamu."

Demikianlah, para sahabat Rasulullah SAW telah memahami bahwa kedudukan atau jabatan pemerintahan adalah sebuah amanah yang berat. Pertanggungjawabannya tidak sebatas di dunia saja, melainkan juga di akhirat. Karena itu mereka tidak segan-segan menindak tegas orang-orang yang berbuat kecurangan, meski pelakunya berasal dari anggota keluarga mereka sendiri.

Mereka juga lebih memilih untuk tidak menjadi seorang pejabat, apabila khawatir tidak akan mampu memegang amanah kepemimpinan yang dibebankan di pundaknya. Kini orang bahkan berebut untuk meraih jabatan dan kedudukan dalam pemerintahan, dengan berbagai cara dan upaya. Hal itu dilakukan tanpa mempertimbangkan lagi amanah kepemimpinan yang harus dipertanggungkawabkannya di dunia dan akhirat kelak. Wal hasil, terjadilah banyak penyalahgunaan wewenang dan jabatan, hingga akhirnya rakyatlah yang menjadi korban.
ANUGERAH TERINDAH 

Rasulullah SAW bersabda, ''Empat macam dari kebahagiaan manusia, yaitu istri yang salehah, anak yang berbakti, teman-temannya adalah orang-orang yang baik, dan mata pencahariannya berada dalam negaranya sendiri.'' (HR Dailami).

Salah satu hal yang dicari oleh setiap manusia dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan, meskipun setiap orang berbeda indikatornya. Ada sebagian orang yang menilai kebahagiaan itu ketika memiliki harta yang banyak. Ada pula yang menilai kebahagiaan dengan pangkat dan jabatan yang diraihnya. Tetapi, bagi seorang Muslim, kebahagian itu bukan diukur dengan harta atau pangkat yang dimilikinya semata.

Kebahagian sejati bagi seorang Muslim, sebagaimana hadis di atas, adalah ketika hidup dalam lingkungan yang baik dan mudah, yaitu memiliki istri yang salehah, anak-anak yang berbakti, teman-teman yang baik, dan mata pencaharian mudah. Itulah anugerah terindah yang Allah berikan kepada manusia untuk kebahagiaannya. Istri yang salehah adalah seorang istri yang tidak hanya menjadi pendamping hidup, melainkan ia seorang teman diskusi dan teman yang selalu mengajak kepada kebaikan. Ia mengingatkan ketika lalai, menjadi peneguh ketika gundah, menjadi penerang ketika kegelapan, menjadi penyejuk ketika marah, menjaga kehormatannya, dan selalu taat kepada Allah dan rasul-Nya. Allah menggambarkan wanita salehah dalam firman-Nya: ''.... Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara.'' (QS 4: 34).

Bahkan, Rasulullah menggambarkan istri salehah sebagai perhiasan yang paling baik dan indah mengalahkan indahnya dunia ini. Anak-anak yang berbakti merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Mereka merupakan anak-anak yang saleh dan salehah, yang indah dan menyejukkan hati (qurrata a'yun). Mereka pun senantiasa berdoa: ''Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya (kedua orangtua), sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'' (QS 17: 24). Memiliki anak-anak yang berbakti merupakan kebahagiaan dalam sebuah keluarga. Kebahagiaannya tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga di akhirat. Rasulullah mengajarkan bahwa doa anak yang saleh merupakan amalan yang tidak terputus walaupun orang tuanya sudah meninggal.

Teman yang baik adalah yang menjadi sahabat sejati, baik dalam sedih ataupun suka. Mereka tidak hanya menolong dalam kesusahan, tetapi juga menjadi pengingat ketika kita salah, menjadi pendorong semangat dalam kebaikan dan ketakwaan. Mata pencaharian merupakan sarana kita mencari nafkah. Jika mata pencaharian kita tidak jauh, maka kita tetap bisa berkumpul, menjaga, dan menyayangi keluarga.

Berkumpul dengan keluarga, menurut suatu pendapat umum, merupakan obat lelah setelah sibuk bekerja. Semoga Allah menganugerahi kita istri yang salehah, anak yang berbakti, teman yang baik, dan mata pencaharian yang dekat dan mudah. Semoga Allah terus membimbing dan menjadikan kita hamba-hamba yang bersyukur atas semua anugerah yang diberikan-Nya. Allahumma Amin
AGAMA YANG DIRIDHOI 

Allah SWT berfirman: ''Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.'' (QS. 61: 9). Dari firman tersebut kita dapat menyimpulkan agama terbagi dalam dua bagian, yaitu agama yang berasal dari Allah, agama yang diridhoi yaitu Islam dan agama selain Islam atau dalam ayat itu disebut sebagai ad-diinu kullih. Ayat itu juga menegaskan Islam merupakan agama yang benar.

Bukti bahwa Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhoi Allah, dapat pula diperhatikan pada wahyu terakhir yang diterima oleh Rasulullah SAW tatkala beliau sedang melaksanakan haji wada' yang berbunyi: ''Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agamamu (QS 5: 3).

Dalam ayat lain Allah SWT menegaskan: ''Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.'' (QS 3: 19).

Ayat lainnya dalam surat Ali Imran, Allah berfirman: ''Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.'' (QS 3: 85).

Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan Islam merupakan satu-satunya agama yang diridhoi dan benar. Islam merupakan agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan Islam berbeda dengan agama-agama lainnya. Islam merupakan agama yang langsung Allah turunkan melalui rasul-rasul-Nya terdahulu hingga Nabi Muhammad SAW.

Allah berfirman: ''Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada-Nya (agama) orang yang kembali (kepada-Nya).'' (QS 42: 13).

Dalam ayat lainnya Allah menjelaskan: ''Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yaqub, dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.'' (QS 4: 163).

Dalam praktik kehidupan agama saat ini, upaya pendangkalan dan penggembosan terhadap akidah umat Islam telah marak dilakukan, seperti dengan beredarnya paham semua agama sama, pernikahan beda agama, dan seterusnya. Karenanya, peningkatan akidah, keimanan, dan keyakinan umat Islam terhadap agamanya menjadi keharusan dalam menghadapi upaya-upaya pendangkalan akidah tersebut. Ini menjadi tugas dan kewajiban ulama, para ustaz, orang tua, dan semua umat Islam
AMANAH 

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS. Al-Ahzab : 72).

Kepercayaan memegang peranan amat penting dalam pelbagai aspek kehidupan. Manusia sendiri sejak awal sudah diberikan kepercayaan oleh Allah  SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi. Misi kepercayaan ini yang diemban manusia itu tak lain memakmurkan dan memelihara perdamaian.

Namun demikian,  memelihara kepercayaan itu tidaklah mudah. Bahkan sebagaimana dijelaskan pada ayat di atas, memelihara amanah itu sangat berta. Karenanya banyak orang yang tidak kuat, akhirnya ia khianat atau ingkar terhadap amanah itu. Allah sendiri sebenarnya sudah mengetahu bahwa sebagian orang sering ingkar terhadap amanah itu.

Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang pengertian amanah dalam ayat itu, yaitu menjalankan tugas-tugas keagamaan. Dan tugas-tugas keagamaan ini menyangkut seluruh aspek kehidupan.

Amanah sebenarnya adalah suatu kepercayaan yang ditanggung oleh seseorang untuk mewujudkan kepercayaan atau membuktikan dalam kenyataan dan prilakunya. Sehingga kalau manusia bisa bersikap dan berperilaku amanah, maka dunia ini akan aman dan damai. Tetapi, karena manusia sering zalim atau mencederai amanah atau kepercayaan yang dipegangnya sendiri, maka dunia ini sering kacau gara-gara yang bersangkutan tidak amanah.

Karena itu, jika seorang pemimpin sudah tidak bisa bersikap amanah, maka sebetulnya yang bersangkutan dan  yang dipimpinnya tinggal menunggu kehancuran. Karena sekuat manusia menutup ketidakjujurannya, suatu saat akan ketahuan juga. Sekalil ia diketahui bahwa ia tidak bisa dipercaya, maka orang tersebut sulit untuk mendapat kepercayaan lagi.

Biasanya, Allah menguji amanah kepada hamba-Nya itu pada tiga persoalan. Pertama  soal tahta atau jabatan, kedua soal wanita dan ketiga pada harta. Sumber kerusakan di muka bumi ini juga sering berawal dari tiga persoalan ini.

Seoarng penguasa atau pemimpin, kalau tidak amanah  dengan jabatannya, barang kali ia juga tidak amanah pada yang lain. Misalnya, meski punya istri ia suka dia-diam berbuat serong dengan wanita lain. Karena serong, ia mungkin juga tidak beres dlam mengelola keuangan.

Sehingga dapat disimpulak, jika seseorang tak bisa dipercaya untuk satu urusan, ada kemungkinan ia telah melakukan khianat atau dusta secara akumulatif pada aspek kehidupan lainnya.
ARTI SEBUAH NIAT 

Dari Umar bin Khathab ra, Rasulullah SAW bersabda :

"Segala amal perbuatan bergantung pada niat dan setiap orang akan memperoleh pahala sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa yang berhijrah dengan niat mencari keuntungan duniawi atau untuk mengawini seorang perempuan, maka (pahala) hijrahnya sesuai dengan niatnya itu". (HR. Bukhari)

Penjelasan:

Rasulullah SAW mengucapkan hadis ini ketika beliau hijrah ke Yatsrib atau Madinah. Saat itu tersebar sebuah informasi bahwa ada seseorang yang ikut berhijrah karena mengejar wanita tunangannya. Nama wanita itu Ummul Qais. Sehingga pada waktu itu terkenal sebuah istilah muhajjir Ummul Qais atau yang berhijrah karena Ummul Qais. Niat biasanya diartikan sebagai getaran batin untuk menentukan jenis ibadah yang kita lakukan.

Contoh, kalau kita melakukan shalat pukul 05.30, ada beberapa kemungkinan; shalat Syukrul Wudhu, shalat Tahiyatul Masjid, shalat Fajar, Istikharah, atau shalat Shubuh. Setidaknya ada enam kemungkinan. Kita lihat semuanya sama, gerakannya sama, bacaannya sama, rakaatnya sama, tapi ada satu yang membedakannya yaitu niat. Masalah niat termasuk salah satu masalah yang mendapatkan perhatian "serius" dalam kajian Islam.

Niat dibahas panjang lebar baik itu dalam ilmu fikih, ushul fikih, maupun akhlak. Dalam ilmu fikih, niat ditempatkan sebagai rukun pertama dari rangkaian ibadah, seperti dalam shalat, zakat, puasa, maupun ibadah haji. Niat dalam ushul fikih biasanya dijadikan salah satu faktor yang menentukan status hukum suatu perbuatan. Nikah adalah salah satu contohnya. Ia bisa berstatus wajib, haram, dan sunnat, tergantung pada niat dari nikah tersebut.

Begitu pula ketika seseorang memakai gelar haji setelah pulang dari Makkah, hukumnya bisa wajib, bisa sunnat, bahkan haram. Tingkatannya sangat tergantung pada niat untuk apa ia memakai gelar haji tersebut. Niat dalam sudut pandang akhlak pengertiannya lebih menunjukkan getaran batin yang menentukan kuantitas sebuah amal. Shalat yang kita lakukan dengan jumlah rakaat yang sama, waktu yang sama, dan bacaan yang sama, penilaian bisa berbeda antara satu orang dengan yang lainnya tergantung kualitas niatnya.

Niat yang tertinggi kualitasnya disebut ikhlas; sedangkan niat yang paling rendah kualitasnya disebut riya atau sum'ah, yaitu beribadah karena mengharapkan sesuatu selain keridhaan Allah. Rasulullah SAW pernah menyampaikan kekhawatiran tentang sesuatu yang di kemudian hari bisa menjangkiti umatnya.

Beliau bersabda :

"Sesungguhnya ada sesuatu yang aku takutkan di antara sesuatu yang paling aku takutkan menimpa umatku kelak, yaitu syirik kecil."

Para sahabat bertanya : "Apakah syirik kecil itu?"

Beliau menjawab : "riya."

Dalam sebuah hadis diceritakan pula bahwa di akhirat kelak akan ada sekelompok orang yang mengeluh, merangkak, dan menangis.

Mereka berkata, "Ya Allah di dunia kami rajin melakukan shalat, tapi kami dicatat sebagai orang yang tidak mau melakukan shalat".

Para malaikat menjawab :

"Tidakkah kalian ingat pada waktu kalian melakukan shalat kalian bukan mengharap ridha Allah, tapi kalian mengharap pujian dari manusia, kalau itu yang kalian cari, maka carilah manusia yang kau harapkan pujiannya itu."

Jelaslah, bahwa kualitas sebuah amal berbanding lurus dengan kualitas niat yang melatarbelakanginya.

Bila niat kita lurus, maka lurus pula amal kita. Tetapi bila niat kita bengkok, maka amal kita pun akan bengkok. Agar niat kita senantiasa lurus dan ikhlas, alangkah baiknya apabila kita menghayati kembali janji-janji yang selalu kita ucapkan saat shalat, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanyalah untuk Allah seru sekalian alam". Wallahu a'lam bish-shawab.
BILA TIBA WAKTU BERPISAH 

Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan
Curahan  rahmat dan berbagai ni'mat
Yang kerap Kau berikan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Pantaskah kumemohon diri
Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu

Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku
Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai
Masih kudapatkan dan kurasakan
Keramaian suasana dan ketenangan jiwa
Tapi bila tiba waktu berpisah
Akankah kupergi seorang diri
Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani

Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku
Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti
Masih bisa kumenghibur diri
Tubuhku kan bersih dan  esok kan lebih baik
Tanpa sebersit keraguan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Masih adakah kesempatan bagiku
Tuk membersihkan jiwa dan hatiku

Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan
Setiap kenyataan yang menghadirkan penyesalan
Masih kudengar dan kurasakan
Suara-suara yang menghibur
Tuk menghapus setiap kecewa dan sesal
Tapi bila tiba waktu berpisah
Adakah yang akan menghiburku
Akankah aku pergi tanpa kekecewaan dan penyesalan
WANITA BERBUSANA MUSLIMAH, AMAN DARI ULTRAVIOLET 

Satu lagi manfaat wanita yang mengenakan busana tertutup. Menurut dokter spesialis kulit, dr Dewi Inong, SpKK, pemakaian baju panjang yang menutup seluruh bagian tubuh, disertai penggunaan tabir surya setiap 2 jam sekali bisa mencegah radiasi sinar ultraviolet C.

Kesimpulan tersebut, kata Dewi di sela talk show Ummi Award, akhir pekan lalu, adalah hasil riset yang dilakukan para dokter kulit di Australia baru-baru ini. Di sana, insiden kanker kulit cukup banyak terjadi. Uniknya, mayorotas penderita kanker di negeri Kanguru ini adalah wanita.

Mangapa wanita? Menurut Dewi, karena struktur jaringan kulit wanita cenderung lebih tipis ketimbang pria. Kemudian kulit wanita memiliki jumlah pigmen lebih sedikit.

Ini sebuah temuan baru yang cukup mencengangkan dunia kedokteran, khususnya di bidang kesehatan kulit. Karenanya, informasi ini penting bagi masyarakat kita juga, jelasnya. Kebetulan, kata Dewi, anjuran berbasis riset terkini itu sangat relevan dengan kesadaran memakai busana muslim di negara-negara tropis yang jumlah penduduk muslimnya banyak seperti Indonesia.

Selama ini ultraviolet C tak banyak diperhitungkan dampaknya oleh penduduk dunia, karean jumlah radiasinya sedikit. Masyarakat hanya mengenal adanya dua jenis ultraviolet yang jumlah radiasinya lebih besar, yaitu A dan B.

Namun, karena pemakaian freon serta bahan aditif gas lainnya yang semakin merusak lapisan ozon menyebabkan kebocoran atmosfer bumi semakin parah. Akibatnya sinar ultraviolet C bisa masuk dan menerpa bumi.

Angka kejadian kasus penderita kanker kulit dari tahun ke tahun di Australia terus meningkat. Meski tidak menyebutkan angka pasti perubahannya, selama dua tahun terakhir departemen kesehatan Australia mencatat angka prevalensi kanker kulit menjadi 1.000 kasus per 10 ribu penduduk. Itu artinya, peluang untuk terkena kanker kulit di daerah tropis lainnya seperti Indonesia dengan pajanan sinar matahari sangat cukup menjadi sama besarnya dengan Australia.

Ternyata dunia medis bisa membuktikan salah satu manfaat dari anjuran Islam yang sudah ada dari dulu. Dunia medis baru membuktikannya sekarang, jelas Dewi lagi.

Pemakaian busana muslimah dengan jenis kain katun terbukti lebih baik melindungi tubuh dari pajanan sinar matahari. Karenanya, dosen FKUI ini menyarankan agar pakaian yang dikenakan kaum wanita kala terpajan sinar matahari sebaiknya berbahan katun. Terhadap organ yang masih terbuka seperti telapak tangan dan wajah, ia menyarankan pemakaian sun proteck untuk melindungi dari pajanan radiasi sinar matahari.

Selain itu, ia juga menyarankan agar para ibu tidak menjerang tubuh bayi di bawah sinar matahari di atas pukul 09.00 pagi atau kurang dari pukul 16.00 sore. Pasalnya, tubuh bayi sangat rentan terhadap sinar ultraviolet C. Itu artinya, jika ingin menjerang bayi untuk mendapatkan sinar ultraviolet yang aman sebaiknya dilakukan sebelum jam 09.00 pagi dan setelah pukul 16.00 sore.
UKHTI, BOLEHKAN KUMEMINTA FOTOMU 

Ukhti,... sebelum tiba ke dalam gerbang pernikahan biasanya engkau akan mengalami ihwal melihat calon pasanganmu. Baik si dia maupun engkau masing-masing ingin tahu lebih banyak tentang calon yang akan menjadi pendamping hidupnya. Dan..., memang itu tidak salah bahkan Islam menganjurkan agar calon suami ukhti melihat dirimu, karena agama kita ini adalah agama yang hanif yang tidak memuat kecurangan ataupun membuat rugi pemeluknya, maka engkau akan melihat betapa sempurnanya dienmu ini.

Bila masa itu tiba, dan engkau ingin dilihat olehnya, maka persiapkanlah dirimu dengan sebaik-baiknya biarkan ia melihatmu, jangan engkau tutupi segala kekurangan yang ada padamu karena itu akan membawa penyesalan nantinya. Adapun kelebihan yang ada pada dirimu maka pertahankanlah, jadilah dirimu sendiri, inilah aku apa adanya, semoga engkau menjadi suka padaku karena Allah semata.

Tapi terkadang diantara engkau ya ukhti..., dihadang pada suatu masalah ketika calonmu jauh darimu sehingga ia tidak bisa melihatmu secara langsung. Maka ia akan meminta foto dirimu. Agar bisa melihatmu dengan lebih dekat dan lebih pribadi. Atau terkadang diantara calon yang ingin melamarmu walaupun sudah melihatmu tapi masih juga menginginkan foto dirimu, maka apa yang akan engkau lakukan?

Ketika calonmu mengatakan, Ya ukhti, bolehkah aku meminta fotomu?

Tunggu dulu jangan engkau beri jawaban, iya.... karena dengan alasan ia ingin menikahimu maka engkau begitu mudah untuk memberikannya. Bagaimana kalau ia tidak jadi menikahimu? Bisakah engkau meminta fotomu kembali? Apakah engkau yakin ia bisa menjaga amanah untuk tidak memperlihatkan fotomu kepada orang lain selain kedua orang tuanya? Ah, mungkin kau berfikiran... inikan hanya sebuah foto! Masalah kecil... Coba baca keterangan ulama tentang masalah ini agar hatimu tenang dan engkau tidak membuat kesalahan yang fatal.

Ukhti muslimah, sebelum aku menjelaskannya kepadamu..., maka wajib bagimu untuk mengetahui secara detail tentang hukum memandang ini (nazhar). Berangkat dari sebuah hadits mulia yang disampaikan oleh sebaik-baik manusia diatas muka bumi ini, siapa lagi kalau bukan beliau Nabi kita Muhammad SAW bersabda: "Jika salah seorang diantara kalian meminang seorang wanita sekiranya ia dapat melihat sesuatu darinya yang mampu menambah keinginan untuk menikahinya, maka hendaklah ia melihatnya." (HR. Ahmad dan Abu Daud dengan sanad hasan dan dishahihkan oleh Al-Hakim dari hadits Jabir Radhiyallahu anhu).

Diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah dari Mughirah bin Syu’bah bahwasanya ia melamar seorang wanita maka Rasulullah bersabda: "Lihatlah ia karena itu lebih melekatkan kalian berdua."

Dan, diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah ra bahwasanya seorang pria melamar seorang wanita, lalu beliau bertanya, "Apakah engkau telah melihatnya?" Ia berkata: "Belum". Beliau bersabda, "Pergilah dan lihatlah ia."

Dari hadits-hadits diatas dapat kita fahami bahwa islam mensyariatkan calon suami untuk melihat wanita yang akan dinikahinya. Karena sungguh faidahnya yang besar yaitu akan membawa kepada kedekatan diantara kedua belah pihak. Masing-masing akan tahu kelebihan dan kekurangan calon pasangannya.

Tentang masalah memandang ini maka engkau akan dapati perbedaan pendapat dikalangan ulama. Menurut jumhur ulama, "Diperbolehkan bagi pelamar melihat wanita yang dilamarnya, akan tetapi mereka tidak diperbolehkan melihat kecuali hanya sebatas wajah dan kedua telapak tangannya." Sedangkan Al-Auza’i mengatakan: "Boleh melihat pada bagian bagian yang dikehendaki, kecuali aurat." Adapun Ibnu Hazm mengatakan: "Boleh melihat pada bagian depan dan belakang dari wanita yang hendak dilamarnya." Bersumber dari Imam Ahmad, terdapat tiga riwayat mengenai hal lain. Pertama, seperti yang diungkapkan jumhur ulama. Kedua, melihat apa-apa yang biasa terlihat. Ketiga, melihatnya dalam keadaan tidak mengenakan tabir penutup (jilbab).

Jumhur ulama juga berpendapat: "Diperbolehkan melihatnya, jika ia menghendaki tanpa harus minta izin terlebih dahulu dari wanita yang hendak dilamarnya (secara sembunyi-sembunyi)." Adapun menurut Imam Malik, dari sebuah riwayat bahwa beliau mensyaratkan adanya izin dari wanita tersebut.

Setelah engkau mengetahui dalil tentang hukum memandang (nazhar) yang akan dipinang maka kita kembali kemasalah diatas, yaitu ketika ia berusaha untuk meminta foto dirimu, dengan berbagai alasan yang dia ungkapkan kepadamu agar engkau memberikannya.

Ya, mungkin hati kecilmu akan mengatakan hanya sebuah foto, tidak apa-apa! Mungkin engkau telah siap memasukkannya dalam sebuah amplop untuk diberikan kepadanya, foto terbaik yang ada padamu atau bila engkau sama sekali tidak memilikinya maka engkau mungkin akan beranjak pergi ke studio foto agar mereka bisa mengambil gambarmu...

Baiklah, ukhti muslimah saudaraku fillah, mari kita simak fatwa dari ulama kita tentang masalah ini, sungguh aku berharap kepadamu setelah engkau mengetahuinya maka engkau akan berubah fikiran. Inilah jawaban beliau dari sebuah pertanyaan yang diajukan kepadanya (semoga Allah merahmatinya). Ada seorang lelaki yang bertanya kepada Syaikh Utsaimin, "Apakah aku boleh meminta foto wanita yang aku pinang untuk dilihat?"

Maka beliau menjawab: TIDAK BOLEH, karena beberapa sebab:
  1. Kemungkinan foto tersebut akan disimpan oleh pelamar, meski ia tidak jadi menikah.
  2. Foto tersebut tidak bisa mewakili keadaan orang yang sebenarnya, karena terkadang rupa yang bagus menjadi jelek atau sebaliknya (menjadi bagus) disebabkan foto.
  3. Tidak pantas bagi seorangpun untuk memberikan peluang kepada orang lain mengambil foto salah satu anggota keluarganya, baik anak wanita, saudara wanita atau yang lain. Hal tersebut tidak boleh karena megandung fitnah. Boleh jadi foto tersebut jatuh ketangan orang-orang yang fasik, sehingga anak-anak wanita kita akan menjadi bahan tontonan. Jika ia berwajah cantik ia menjadi fitnah bagi banyak orang, namun jika ia berparas kurang rupawan maka ia akan menjadi bahan cercaan orang. (Fatwa Ibnu Utsaimin 20/810).
Jelaslah sudah nasehat yang disampaikan ulama kepada kita, semuanya untuk kemaslahatan kita, para muslimah agar terhindar dari fitnah. Karena itu, bila calonmu meminta fotomu maka kini engkau telah tahu jawabannya. Semoga engkau tidak tertipu oleh bujuk rayunya. Jadilah wanita mulia yang terhormat. Sungguh bila engkau perhatikan, hanya dienmu ini (Islam) yang mengangkat derajatmu dan memuliakan dirimu.

Semoga Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, para istrinya dan keluarga serta sahabatnya hingga hari akhir. Wallahu ‘alam bish-shawwab.

Sumber rujukan:

1. Fiqh Wanita, Hal: 399-340, Syaikh Kamil Uwaidah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1999M.
2. Fatwa-fatwa Muslimah, Hal: 253-254, Darul Falah, Jakarta, 2000M.
3. Fatawa Liz Jauzain, Hal: 23-24, Media Hidayah, Jogjakarta, 2003M.
WANITA, WAJIB MENJAGA WIBAWA

Banyak!! Ya, wanita saat ini banyak yang mulai terjerumus pada hal-hal yang jauh dari nilai-nilai keislaman yang telah menjadi fitrah mereka selama ini. Tak hanya busana, bahkan tutur kata hingga tata lakunya pun kini sudah tidak mencerminkan sikap-sikap yang islami lagi. Gejala apa ini? Apakah memang kita terlalu lemah menyikapi tantangan hidup ini?

Sebutlah Rahma, gadis yang sejak usia SMP sudah belajar di pesantren, dan selama enam tahun tinggal di asrama bersama teman-temannya ia mendalami ilmu agama. Agar menjadi seorang wanita shalihah yang bisa menjaga dirinya dan keluarganya sesuai dengan yang telah disyariatkan oleh agama, itulah cita-citanya.

Harapan itu memang tercapai saat Rahma masih berada di pesantren. Namun, keshalihahan dan ketaatannya terhadap nilai Islam perlahan memudar menjelang tahun ketiga saat Rahma kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yang mayoritas mahasiswanya sudah terbawa arus pergaulan jaman. Maka Rahma yang biasa menutup aurat dengan baju gamis dan tutur kata sopan, berubah menjadi seorang Rahma yang cenderung tak bermoral.

Sepasang busana ketat kini membungkusnya dari mulai kepala hingga kaki. Kerudung lebarnya pun kini telah berganti menjadi sehelai kerudung pendek yang ujung-ujungnya ditarik ke belakang hingga jelaslah aurat-aurat yang tidak seharusnya dia perlihatkan pada orang lain selain mahramnya. Tak hanya itu, kata-kata gaul dan celetukan-celetukan nakal kini telah lancar diucapkannya di depan umum, tak jarang nama binatang diikutsertakannya di akhir kata. Astagfirullah!!!

Rahma hanya satu contoh kasus. Karena jujur, masih banyak lagi Rahma-Rahma yang lain berkeliaran di luar sana. Sehingga tak bisa dipungkiri lagi, jika lingkungan dengan pergaulan yang tidak tertib ternyata menjadi salah satu faktor yang dominan dalam mengubah perilaku seseorang.

Memang, saat memasuki lingkungan tertentu awalnya wanita berjilbab selalu merasa asing dengan sekelilingnya yang memiliki penampilan dan perilaku berbeda. Mungkin ada semacam jeda yang hadir dalam hatinya. Sehingga iapun membatasi pergaulannya hanya dengan orang-orang yang memiliki persamaan dengannya. Namun, kebekuan diantara yang berbeda itu perlahan mulai mencair dan mulai saling memahami Dalam kasus Rahma misalnya. Saat teman-temannya yang mayoritas anak gaul berpendapat kalau jilbab adalah busana yang kuno dan hanya dipakai oleh nenek-nenek, rasa percaya diri Rahma perlahan-lahan mulai memudar. Apalagi saat itu Rahma benar-benar dalam posisi dimana dirinya sendirilah yang memiliki perbedaan. Sehingga tanpa terasa, sedikit demi sedikit sikap dan penampilannyapun mulai berubah.

Latah!! Sebenarnya kelatahan seperti itu tidak perlu terjadi. Tentunya jika kita berlaku sebagai wanita yang bisa bertindak lebih bijaksana dan berwibawa saat menolak berbagai ajakan yang menurut kita tak sesuai dengan Syariat. Tak perlu peduli pada orang yang mengatakan kita fanatik, sok alim dan lain sebagainya. Biarkan saja mereka memandang kita sebagai wanita kuno yang tidak bersyukur karena tidak mau memperlihatkan keindahan fisik yang telah diberikan sang pencipta. Terserah!!! Yang penting bagi kita adalah bisa menjadi wanita yang baik menurut Allah.
RAHASIA JADI PEREMPUAN

Banyak anggapan salah tentang perempuan, seolah-olah jadi perempuan itu suatu musibah, karena hamil dianggap sebagai letak kerugiannya. Ibu-ibu cemas punya anak perempuan karena mereka menganggap susah menjaganya dan takut hamil di luar nikah baik karena 'kecelakaan' atau pemerkosaan, yang akhirnya mengakibatkan aborsi. Apalagi pada era kebebasan sekarang ini, tindakan aborsi menjadi kebutuhan primer wanita aliran 'serba boleh'. Padahal, bagi yang tahu rahasianya, jadi perempuan bener-bener oke lho...

Allah meletakkan tugas yang begitu mulia di atas pundak seorang wanita. Bukankah selain nabi Adam AS dan Siti Hawa, semua manusia di dunia lahir melalui perut seorang wanita? Wanita itu punya ciri khas. Dia memiliki rahim, tempat penyimpanan bakal manusia sebelum lahir ke muka bumi. 'Kemudian kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim).' (QS. 77 : 21).

Rahim mempunyai fungsi penting ketika seorang gadis akil baligh. Tiap bulan ia akan mengalami peristiwa 'pendarahan' yang ditandai dengan rasa nyeri fisik dan gangguan psikis (kejiwaan) juga. 'Sesungguhnya darah haid itu darah hitam yang terkenal. Maka apabila ada begitu, berhentilah dari shalat; tetapi jika ada yang lain berwudhulah dan shalatlah.' (HR. Abu Daud dan Nasa’i).

Menstruasi pertama merupakan pintu masuk seorang gadis menuju kedewasaan. Saat itu ia menjadi mukalaf (memikul tanggung jawab secara syar’i menjadi wanita dewasa).

Keunikan rahim makin mempesona ketika hamil. Ia mirip dengan balon. Jika enggak hamil ukurannya cuma sebesar buah alpukat, tapi jika hamil, bisa menggelembung melebihi buah semangka. Serunya lagi, dalam keadaan tidak hamil, rahim hampir tidak dapat menampung satu sendok air. Tapi ketika hamil usia 9 bulan, daya tampung uterus mirip container ekspor. Saat itu, rahim menyimpan 4 kilogram bayi, setengah kilogram ari-ari dan sekitar 1,8 liter cairan amniotik. Subhanaallah pada tahap ini seorang wanita mengalami kelemahan diatas kelemahan. (QS 31 : 14; 46 : 15).

Adapun beberapa rahasia yang perlu dimiliki wanita biar oke punya en nggak rugi dunia akhirat :

1. 'Hai Maryam, taatlah kepada Rabb-mu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku.' (QS. Ali Imran : 43).

Sungguh merugilah wanita yang proses menstruasi dan kehamilannya tak mampu mengambil ibroh tentang kekuasaan Allah. Contoh kehamilan yang membuat seorang wanita semakin dalam taqwanya kepada Sang Pencipta. Ketika istri Imran berkata: 'Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat (di baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Ali Imran : 35).

Selain itu, ada Maryam -Ibunda nabi Isa as- yang menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh (QS. 19 : 22). Juga Ibunda Nabi Musa as yang hatinya menjadi kosong saking kalutnya melihat sang bayi terombang-ambing dalam peti dibawa arus air sungai Nil (QS. 28 : 7 & 10). Adapun keadaan mandul merupakan takdir Allah sebagaimana tercantum dalam QS Asy-Syu'ara 49-50 : "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau dia menganugrahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang Dia kehendaki) dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.'

2. '... memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara (mereka).' (QS. 4 : 34).

Banyak aturan Islam atas diri seorang wanita dalam rangka memelihara dirinya. Tunduklah dalam berbicara sehingga orang yang berpenyakit hatinya tidak akan tergoda. Janganlah keluar rumah tanpa alasan yang dibenarkan syar’i, janganlah berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliyah (QS. 33 : 32 - 33), hendaklah menahan pandangan dan memelihara kemaluannya (QS. 24 : 31).

3. '... tidak akan membunuh anaknya.' (QS. 60 : 12).

Sebagai perempuan yang bisa hamil, sangat mudah baginya untuk membunuh janin yang ada dalam kandungannya. Bukankah ia tahu lebih dulu apakah dirinya hamil atau tidak? Kenyataannya di jaman sekarang, berjuta-juta bayi dibunuh dalam proses aborsi karena si Ibu tidak menghendaki kelahirannya. Untuk itu Allah mewanti-wanti kaum wanita untuk menjauhi perbuatan 'membunuh' jabang bayi atau yang sudah menjadi bayi.

4. '... tidak akan berbuat dusta yang mereka mengada-adakan antara tangan dan kaki mereka.' (QS. 60 : 12).

Sebahagian perempuan yang bisa hamil, sangat mudah baginya untuk berbuat dusta dalam hal zina. Bisa jadi suaminya si A, padahal bayi yang ada dalam kandungannya adalah hasil perbuatan zinanya dengan B. Bukankah ketika lahir nggak mudah diketahui bapak si anak yang sesungguhnya kalau ternyata si Ibu adalah wanita murahan? Dengan demikian hilanglah kejelasan nasab/pertalian darah seorang anak dengan bapaknya.

Karena statusnya sebagai istri dari seorang laki-laki dan Ibu dari anak-anak laki-laki tersebut, maka Allah memberi keistimewaan kepada kaum perempuan.
  1. Nggak wajib cari nafkah (QS. 4 : 34 & 65 : 7).
  2. Disediakan tempat tinggal (boleh rumah kontarakan; boleh rumah sendiri).
  3. Dapat hadiah yang disebut mahar ketika mau dinikahi.
  4. Kalo dicerai dapat hadiah yang disebut mut’ah (QS. 2 : 241). Kalo dicerai pas hamil, dapat nafkah sampai melahirkan sang bayi (QS. 65 : 6).
  5. Nggak wajib perang, malah kaum lelaki berperang fiisabilillah untuk membela kaum wanita (QS. 4 : 75).
Jadi, enak dong jadi perempuan itu, cukup ongkang-ongkang kaki saja, ternyata enggak juga. Kaum wanita pun dituntut untuk bahu membahu bersama kaum lelaki menegakkan syariat Allah di muka bumi ini. Sebab, orang yang berjihad derajatnya lebih tinggi dari orang yang hanya duduk-duduk (QS. 4 : 95 -96).
MENJADI MUSLIMAH YANG PRO AKTIF

Untuk memiliki kepribadian kuat, sehingga menjadi “habit” dalam diri kita, ada beberapa point yang harus dimiliki seorang muslimah, Pertama, ketahui hal-hal apa saja yang menjadi unsur-unsur kepribadian muslimah, kedua, keterampilan apa saja yang harus dimiliki, ketiga, mau melakukan dalam kehidupan sehari-hari, keempat, sebarkan apa yang kita ketahui kepada orang lain, kelima, jadikan hal yang demikian menjadi habit/kebiasaan kita, maka Insya Allah akan terjadi perubahan besar pada kepribadian kita.

Manusia dalam posisinya sebagai “diri sendiri” seorang muslim dituntut untuk mampu bersikap sendiri, dan menghilangkan ketergantungan kepada orang lain, Di bawah ini adalah beberapa hal yang mendukung untuk menciptakan muslimah “mandiri”, diantaranya adalah : Menjadi Manusia Pro aktif. Salah satu ciri manusia pro aktif adalah tidak akan stres dengan kondisi yang menekannya, karena dia bisa survive dan dia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan.

Ada beberapa orang yang memiliki tipe crispy outside, milky inside, dimana jika orang tersebut berkata, kata-katanya kasar dan selalu menuntut, sehingga tak jarang lawan bicaranya mengalami stres/tekanan berat, padahal boleh jadi sebenarnya orang tersebut memiliki hati yang lembut, bertanggungjawab, dan memiliki perhatian/kepedulian terhadap orang lain, hanya karakter penyampaiannya saja yang kurang baik. Orang yang memiliki sikap pro aktif tidak langsung memandang hal yang demikian sebagai sesuatu yang negatif, namun lebih pada menetralisir keadaan keadaan terlebih dahulu. So sikap Pro Aktif adalah sikap spontan positif yang muncul atau dimunculkan saat kita menghadapi suasana yang sulit, mengenakan atau bahkan menjengkelkan sekalipun.

Ada sebuah trik sederhana saat kita telah dan jemu menghadapi berbagai hal yang demikian, sehingga kita tetap bisa memandang dan mensikapi orang-orang dan berbagai persoalan yang menjengkelkan kita dengan cantik, adalah: dengan melakukan tarik nafas dalam-dalam, tahan beberapa lama, saat menahan nafas berdoa’alah pada Allah, Ya allah berikanlah kami kekuatan agar kami bisa menghadapi semua ini dengan cantik, dan jadikanlah kami menjadi orang yang ahli syukur, setelah itu lepaskan nafas pelan-pelan dalam hitungan 1 menit, buang segala pikiran kotor, segala pikiran dan pandangan negatif, buang segala keinginan untuk bersikap tidak bijaksana, buang segala keinginan untuk melawan...dst...sambil mengucapkan basmalah keluarkan nafas itu dan tersenyum.

Lakukan hal itu 3 atau 4 kali secara berulang-ulang. Pada saat yang bersamaan kita telah memasukan oksigen (energy positif) ke otak kita dan kita telah membuang jauh-jauh energy negatif kita bersamaan dengan keluarnya hembusan nafas anda. Lakukan hal yang demikian saat anda menghadapi suasana yang sulit, saat pimpinan memarahi anda misalnya, atau saat anda disalahkan dll, segera tarik nafas dan mohon kekuatan, mohon ketegaran, dan mohon kecantikan dalam mensikapi apapun. Itulah salah satu ciri orang yang memiliki sikap pro aktif.

Lain halnya jika anda seorang yang memiliki sifat reaktif, maka sepanjang hari anda akan disibukan dengan hal-hal yang dilakukan atau dialami oleh orang yang ada disekitar anda, dengan sikap teman yang kurang baiklah, teman sekantor yang suka cemberutlah, bahkan boleh jadi masalah pribadi orang lainpun turut dibicarakan, sehingga gosip sana gosip sini menjadi kebiasaan hariannya. Setiap hari mumet dengan prilaku orang, sehingga muncul ungkapan, gemana sih itu...gemana sih si A..., Si B dsb. Sehingga hari-hari kita hanya disibukan oleh memikirkan orang lain. Ketahuilah bahwa setiap sikap melahirkan apa yang disebut lingkaran pengaruh dan lingkaran kepedulian. Walahu a'lam.
KEJARLAH ILMU WAHAI PARA MUSLIMAH


Dr. Kamal al-HaIbawi, alim Mesir yang tinggal di Pakistan, dalam sebuah ceramahnya pernah mengisahkan pandangan seorang ulama tradisional tatkala ditanya komentarnya tentang peran perempuan dalam Islam: "Perempuan hanya boleh keluar rumah dalam tiga kondisi, pertama keluar dan rahim ibunya saat ia dilahirkan. Kedua, keluar menuju rumah suaminya setelah pernikahan dan ketiga keluar dari rumahnya menuju liang lahat, tempatnya beristirahat untuk selama-lamanya!"

Nah... Iho? Landasan apa yang digunakan sehingga ia berpendapat demikian? Apa dalilnya, dari sudut mana ia memandang permasalahan perempuan dalam Islam? Apa yang melatarbelakangi pernyataan itu muncul?

Mungkin itu serentet pertanyaan yang meluncur dari bibir kita saat mendengar fatwa sang ulama di atas. Tapi masalah peran dan posisi muslimah, khususnya di bidang ilmiyah, dalam gambar kebangkitan Islam yang kian marak dan menjamur memang sebuah misteri yang masih remang-remang. Tak percaya? Coba saja simak urajan di bawah ini.

***

Fenomena Muslimah

Bicara masalah perempuan, seperti yang Rasul katakan, jika tak hati-hati, sama dengan mengurai benang kusut yang memiliki banyak simpul. Sampai-sampai Rasul SAW pernah bersabda bahwa babus syaithan dan babun nisaa merupakan dua topik yang tak pemah habis dibahas, dikaji dan diseminarkan.

Namun ini bukan berarti bahwa dua bab ini tak dapat dikaji tuntas. Tentu bisa. Islam telah memberikan demikian banyak petunjuk, dimanakah orbit perempuan dalam sistem raya Islam ini. Menurut tuntunan Rasul, Islam sebagai agama yang amat memperhatikan masalah keseimbangan, menegaskan bahwa perempuan adalah pendamping pria dalam upaya menegakkan kalimat Allah. Jika hendak diumpamakan wanita dan pria laksana dua bintang yang berada pada orbit yang berbeda, namun memiliki peran yang sama menentukan bagi kesimbangan jagat ini. Sama seperti yang Allah Ta'ala firmankan dalam QS Yasin : 40.

Tinggal memang, perkembangan zaman menghadirkan masalah-masalah baru bagi muslimah. Hal-hal yang selama ini tak pernah ada dalam kamus kemuslimahan tiba-tiba muncul. Ide emansipasi dan ideologi feminisme masuk mengisi rongga otak banyak muslimah. Hasilnya berwujud berseliwerannya para perempuan memenuhi ruang perkantoran, pusat perbelanjaan, dan pabrik-pabrik. Sebagian menorehkan prestasi di bidang ilmu, sementara sekelompok lainnya asyik menekuni bidang politik bahkan militer.

Dan, banyak fakta menunjukkan bahwa prestasi yang dihasilkan kaum hawa ini tak beda jauh, sebagian bahkan melampaui apa yang diraih pria. Ide dan contoh nyata ini tentu memberikan inspirasi serta motivasi baru bagi sebagian muslimah untuk mengekor keberhasilan rekan sejenisnya di belahan bumi lain, mayoritas di barat. Arus ini bagaikan badai yang menerjang benteng pertahanan yang selama ini dibangun untuk melindung perempuan agar tetap ada dalam istananya.

Di sisi yang lain arus ini juga memunculkan pertanyaan pada sebagian muslimah ihwal gugatannya terhadap "pagar-pagar" yang selama ini membatasi ruang geraknya dalam beraktivitas. Khususnya pada peran yang dapat diemban seorang muslimah dalam gerak kebangkitan ummat yang tengah berlangsung ini.

***

Menggugat Mitos

Di antara masalah yang mungkin sering menggelegak dalam jiwa para muslimah namun takut untuk mengungkapkannya ke permukaan adalah banyaknya mitos yang berkembang memagari seorang muslimah.

Dr. Yusuf Qardhawi pernah melontarkan keheranannya saat ia melihat fenomena maraknya upaya menjauhkan para muslimah dan majelis ilmu. "Tahun 70-an, saya terus menghadiri muktamar tahunan Asiosasi Mahasiswa Islam Amerika dan Kanada selama beberapa tahun, dimana ikhwan dan muslimah hadir menyaksikan jalannya ceramah. Muslimah yang hadir disitu ikut mendengar komentar, pertanyaan, jawaban dan diskusi tentang masalah-masalah Islam yang besar, baik menyangkut fikrah, ilmiyah, sosial, pendidikan dan politik. Tapi tahun delapan puluhan, suasana menjadi berubah. Ketika saya menghadiri beberapa muktamar di Eropa dan Amerika, saya temukan pemisahan total dua jenis kelamin itu. Saya lihat para akhwat tidak dapat menghadiri sebagian besar dan ceramah-ceramah, diskusi dan seminar yang dikelola oleh laki-laki. Padahal forum itu begitu penting bagi wanita. Di antara muslimah ada yang mengadu pada saya tentang kebosanan mereka mengikuti ceramah-ceramah yang hanya seputar kewanitaan saja, seperti hak-hak, kewajiban dan kedudukan wanita dalam Islam." (Prioritas Gerakan Islam, Dr. Yusuf Qardhawi, Buku Kesatu, hal. 98-99).

Itu baru satu kasus. Masih ada yang lain, seperti anggapan suara wanita itu aurat, bertanya melalui kertas, ketakutan menolak calon suami dan lain-lain. Dalam masalah yang khas dengan peran muslimah menuntut ilmu, mitos itu bisa tercium dari pandangan sinis terhadap mereka para muslimah yang aktif menekuni ilmu di bangku sekolah dan perguruan tinggi. Keengganan sebagian muslimah yang memiliki kesempatan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan bertolak dari anggapan bahwa bekal seorang muslimah yang utama adalah berbakti pada suami dan menjadi ibu. Sementara kebingungan melanda sebagian muslimah yang sudah menyelesaikan atau tengah berjuang menyelesaikan pendidikannya kemana akan dimanfaatkan ilmunya itu nanti. Semuanya tersimpul menjadi satu mengikat dan membatasi peran muslimah dalam sumbangannya terhadap kebangunan Islam.

***

Akar Masalah

Lalu kenapa pemikiran nyeleneh atau mitos tentang muslimah itu muncul dan malah seolah disahkan dalam aktivitas keseharian? Berikut beberapa penyebabnya :

Pertama, masalah keluasan pemahaman seseorang. Masalah kefahaman ini amat menentukan persepsi dan amal seseorang tentang suatu hal. Pemahaman yang luas, integral dan terpadu akan membuat seseorang arif dalam mengeluarkan fatwa atau pendapat.

Islam tak pernah memandang dan menilai muslimah sebagai masyarakat kelas dua dengan hak dan tanggung jawab yang lebih rendah dari kaum pria. Islam mewajibkan menuntut ilmu bagi wanita dan pria, nabi Muhammad SAW mewasiatkan agar orang tua mengutamakan pendidikan anak perempuannya : "Barangsiapa mempunyai anak perempuan, kemudian mendidiknya, berbuat baik kepadanya, dan mengawinkannya, baginya syurga." (HR. Ibnu Hibban).

Panggung sejarah keagungan Islam jelas banyak melibatkan peran aktif kaum muslimah di berbagai bidang. Di sisi jihad dan tadhiyyah (pengorbanan) mereka kepada Islam, tercatat Summayyah lah sebagai muslimah pertama yang menyumbangkan nyawanya demi keimanan dan memperoleh syahadah. Manusia pertama yang menyambut da'wah Islam sekaligus menopang banyak manuvernya juga dari kaum muslimah; Khadijah binti Khuwaiiid ra.

Selain itu banyak pula dikisahkan, para shahabiyyat ra yang turut membantu kaum muslimin dalam peperangan. Di bidang pengetahuan juga tidak kalah. Para shahabiyat ra pernah meminta agar diadakan pertemuan khusus buat mereka dalam mempelajari ilmu, sebagaimana yang dilakukan Rasul kepada para shahabat. Kemudian Nabi memenuhi kehendak mereka dengan memberikan waktu khusus.

Aisyah Ummul mu'minin ra dikenal sebagai orang yang paling ahli tentang fiqih, kedokteran dan puisi. Karena kepandaiannya itu Rasulullah pernah berkata kepada para shahabat-nya: "Ambilah separuh agama kalian dan AI-Humairan ini, yakni sayyidatina Aisyah ra, Ummul mukminin". Dalam ilmu hadits, lbnu Asakir menyebutkan lebih dan delapan puluh wanita ahli hadits. Aliyah binti Hasan, pemimpin Bani Syaiban, seorang yang cerdik lagi terhormat sering dikunjungi oleh Shaleh Al-Marwi dan tokoh-tokoh ulama fiqih Bashrah untuk dimintai pendapatnya tentang berbagai masalah.

Zainab binti Ummi Salamah, dilukiskan oleh lbnu Katsir salah seorang yang paling dalam ilmu agamanya di Madinah saat itu. Selain itu, ada di antara para shahabat ra yang sering membacakan catatannya di hadapan seorang shahabiyyah yang bernama Ummu Sa'ad binti Rabi'. Mereka mohon dikoreksi bila terdapat kesalahan-kesalahan dalam catatannya.

Ada lagi yang bernama Ka'biyyah binti Sa'ad Al-Aslamiyyah, salah seorang dokter wanita. Beliau mendirikan tenda poliklinik yang bersebelahan dengan masjid Nabawi, memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Islam. Atas jasa jihad dan sosialnya itu, Rasulullah memberinya hadiah sebuah anak panah di waktu perang Khaibar.

Rasul juga pernah menunjuk Asy-Syafa' binti Abdullah untuk mengajarkan tulis-baca kepada kaum muslimin. Asy-Syafa' pun digelar "guru wanita pertama dalam Islam". Selanjutnya, masih sederet nama dan peristiwa iagi yang sejenis.

Uraian di atas, jelas menggambarkan bahwa Islam tak pernah mempersempit ruang gerak wanita menuntut ilmu dan menunaikan kewajiban mereka membangun peradaban masyarakat Islam. Mereka, para shahabiyyat mengerti kedudukan dan peranan yang mereka emban dalam menghasung pembangunan sebuah masyarakat Islam. Mereka selalu aktif dalam proses belajar dan mengamalkan ilmu-nya untuk orang lain, mereka berlomba mencapai tingkat perjuangan yang maksimal untuk membangun masyarakatnya.

Kedua, seringkali mitos-mitos itu muncul bukan didasari nilai-nilai Islam. Mitos dan aturan yang merugikan umat sendiri itu seringkali datang dan luar Islam : adat, tradisi, dan pandangan masyarakat setempat hingga rekayasa musuh-musuh Islam.

Masyarakat pra Islam, baik zaman sebelum Rasul maupun zaman kini, kebanyakan memandang perempuan sebagal makhluq yang berderajat rendah. Umar bin Khattab ra pernah berujar : "Pada zaman jahiliyah kami tak pernah memberikan hak apapun pada wanita. Sampai Allah Ta'ala yang Maha Tinggi menurunkan perintah yang penting pada mereka dan memberikan pada mereka bagian yang tepat."

Aristoteles memandang wanita adalah 'makhluk yang belum selesai penciptaanya'. Sementara dalam Rig weda tertulis : "Tidak boleh menjalin persahabatan dengan wanita. Pada kenyataannya, hati wanita adalah sarang srigala." (Rig Weda, 10, 95, 15).

***

Beberapa Pilar Peran Muslimah

Wanita muslimah bukanlah bilangan yang dapat diabaikan dan makhluq yang dapat disia-siakan. Rasulullah SAW bersabda bahwa wanita adalah saudara kandung laki-laki. Islam memberikan peluang yang sama besar pada laki-laki mapun perempuan untuk mereguk sebanyak mungkin pahala yang Allah sediakan bagi mereka yang beramal.

Ada beherapa pilar yang dapat dijadikan sandaran bagi muslimah untuk berkiprah dalam lapangan ilmiyah di masyarakat :

Pertama, Pria dan wanita memiliki derajat hak dan tanggung jawab yang sama disisi Allah Ta'ala. Namun jangan berpikir bahwa persamaaan ini juga menuntut tugas yang sama. Sekali lagi, sebagaimana telah diungkap di atas, keduanya ada dalam orbit yang berbeda. Keduanya memiliki tugas dan peran yang berbeda-beda, namun saling melengkapi. Untuk itu, keduanya pun harus memiliki bekal yang cukup sehingga tugas yang diletakkan pada pundaknya dapat terlaksana.

Kedua, pria dan wanita diberi bekal fitrah dan potensi yang sama. Saat Allah Ta'ala menciptakan manusia, tak pernah dibedakan apakah ia perempuan atau laki-laki. Karena itu, peluang perempuan untuk berprestasi terbuka sama lebarnya dengan laki-laki. Tinggal sekali lagi, tentu keduanya berada pada orbit masing-masing.

Maka tak heran jika Rasulullah SAW memuji wanita Anshar yang giat bertanya: "Allah akan merahmati wanita Anshar, mereka tidak malu-malu lagi mempelajari agama."

Ketiga, wanita islam haruslah wanita yang penuh dengan vitalitas dan kerja nyata. Rasulullah SAW menganjurkan agar kaum wanita selalu berkarya, "Sebaik-baik canda seorang mukminah di rumahnya adalah bertenun." (Asadul Ghabah, jilid 1, hal. 241).

Qailah Al-Anmariyah, seorang sahabiyah yang juga pedagang, pernah bertanya pada Rasul: "Ya Rasulullah, saya ini seorang pedagang. Apabila saya mau menjual barang, saya tinggikan harganya di atas yang diinginkan, dan apabila saya membeli saya tawar ia di bawah yang ingin saya bayar. Maka Rasul menjawab, "Ya, Qailah! Janganlah kau berbuat begitu. kalau mau beli, tawarlah yang wajar sesuai yang kau inginkan. Dikasih atau ditolak."

Ustadz Umar Tilmisani menyatakan bahwa Islam tidak melarang seorang wanita menjadi dokter, guru sekolah, tokoh masyarakat, perawat, peneliti dalam berbagal bidang ilmu, penulis, penjahit serta profesi lain sepanjang itu tidak bertentangan dengan kodrat kewanitaannya.

Keempat, hendaknya aktivitas dibidang keilmuwan itu tidak melupakan tugas utama seorang wanita sebagai penanggung jawab masalah kerumahtanggaan. Firman Allah Ta'ala : "Dan hendaklah kamu tetap di rumah-rumah kamu..." (QS. al-Ahzab : 33).

Jika keserasian ini terjaga, maka tak hanya ummat Islam yang heruntung karena mendapat tambahan tenaga dan partner baru dalam berjuang, namun cita-cita menegakkan kalimat Allah kian datang mendekat. Semoga Allah Ta'ala selalu menyertai langkah kita. Amiin. (hdn/ishlah)[hudzaifah.org]
Teknologi

Apa yang terbayang dibalik kepala kita saat sebaris kata itu muncul? Bisa alat-alat elektronik dengan spesifikasi menakjubkan, bisa mobil-mobil sedan keluaran terbaru, atau bisa juga roket penembus angkasa dengan manusia melayang-layang didalamnya. Yang pasti, semua yang berbau "High Class", maka itulah teknologi. Teknologi, pada saat ini menjadi barang yang boleh jadi, sudah bukan sesuatu yang membuat mata atau hidung kita alergi lagi mendengarnya. Setiap perputaran hidup kita, saat ini, dengan atau tidak kita sadari dikelilingi oleh teknologi. Lihat saya mesin cuci dipojok ruang belakang rumah kita, lemari pendingin yang menjulang di sisi dapur kita, atau microwave, si- "kotak ajaib" sebagai alat bantu masak kita. Semuanya adalah bagian dari teknologi.

Terlebih saat ini, dengan era internet yang disebut juga sebagai era Information Technology (IT). Semua hal dapat dengan mudah kita dapatkan. Akses informasi seperti tak mengenal ruang dan waktu, tersaji dalam hitungan sepersekian detik, Subhanallah! Dari mulai resep masakan, sampai informasi terbaru Rekayasa Genetik misalnya, dapat kita temukan melalui internet.

Memasuki era teknologi, mau tidak mau, kita selaku komponen dari banyaknya komunitas Dunia harus mulai terbiasa dengan hal ini. Khususnya Teknologi Informasi, yaitu internet tadi. Karena lalu lintas informasi dari setiap sisi kehidupan di Dunia ini dapat kita temukan melalui internet. Komunikasi virtual, yang diantaranya tersaji dalam fasilitas email, chatting dan miling list memudahkan kita berhubungan dengan masyarakat di belahan Dunia bagian manapun, dalam rangka menghadapi Globalisasi dan Perdagangan Bebas.

Lalu, bagaimanakah posisi kita, sebagai seorang muslimah dalam rangka menghadapi era Teknologi sekarang ini? Jawabnya sangat banyak. Muslimah, yang pada hakikatnya adalah tiang sebuah negara, pembangun generasi yang akan meneruskan perjuangan ini di kemudian hari, harus mengerti teknologi. Karena kita hidup pada masa dimana anak-anak kita semakin sering bergesekan dengan teknologi. Lantas, darimana mereka akan belajar mengenal teknologi dengan baik, kalau bukan dari kita yang berperan mewujudkan madrasah pertama bagi anak-anak kita?

Selain itu, wanita pada masa ini juga dituntut untuk meningkatkan keterampilannya dalam menghadapi dunia kerja. Karena hampir semua yang ada pada pekerjaan berhubungan dengan teknologi. Termasuk juga pekerjaan Rumah Tangga kita, seperti yang sudah disinggung diatas. Dengan menguasai teknologi juga kita tidak akan mudah ditipu orang. Karena banyak kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan fasilitas-fasilitas teknologi.

Para ahli bahkan mengatakan, "Siapa yang tidak menguasai teknologi, harus siap terpental dari kehidupan." Yang terpenting bagi kita, keharusan menguasai teknologi tidak terbatas apakah dia pria atau wanita. Teknologi adalah untuk dipelajari semua lapisan dan kelompok manusia. Termasuk kita, seorang wanita muslim. Agar kita tidak terpental dari kehidupan, seperti yang dikatakan para ahli tersebut. Maka, mulailah sekarang untuk belajar banyak mengenai teknologi. Agar tidak ada lagi istilah "Gaptek" (Gagap Teknologi) dalam menghadapi kehidupan ini. [TMQ-12/II/0402]